LIA is INDONEZIAN
Selasa, 16 Juni 2009
Jeniusnya Leonardo da Vinci
Leonardo da Vinci adalah seniman dan juga seorang pemikir dan penemu abad Renaissance. Beliau dikenal sebagai seorang jenius yang mampu menciptakan ide-ide baru yang mana pada zaman tersebut belum ada orang yang berhasil memiliki penemuan sejenius Leonardo da Vinci. Sampai sekarang, model-model temuan da Vinci masih tersimpan rapi di sebuah museum di kota Vinci, Italia.
Tentu semua orang bertanya, bagaimana Leonardo da Vinci bisa menjadi sejenius itu? Apakah karena keturunan, mental, atau latihan terus-menerus? Dan tentunya semua orang di dunia ini tentu ingin menjadi seorang yang jenius. Lalu bagaimanakah cara-cara yang efektif untuk menjadi jenius?
Mungkin kita banyak mendapat ilham-ilham dari orang-orang jenius ternama lainnya di masa kini, seperti B.J. Habibie, Bill Gates, dll. Namun ada cara-cara tertentu untuk menerapkan unsure-unsur kejeniusan Leonardo da Vinci. Sebenarnya, apakah jenius itu? Bagaimanakah cara yang paling efektif untuk menjadi jenius?
Bayangkanlah idola Anda yang paling Anda kagumi, tokoh-tokoh teladan yang paling banyak membawa ilham . Barangkali Anda mendapatkan paling banyak ilham dari tokoh-tokoh besar dalam sejarah. Berikut adalah pendekatan praktis yang telah teruji secara empiris, untuk menerapkan unsur-unsur pokok kejeniusan Leonardo Da Vinci guna memperkaya kehidupan kita.
Prinsip-prinsip ini diambil dari studi intensif mengenai dirinya dan dan metode-metodenya. Kabar baiknya adalah bahwa prinsip-prinsip itu barangkali sudah jelas bagi kita secara naluriah. Ketujuh prinsip Da Vinci itu adalah :
- Curiosità : Keingintahuan akan kehidupan dan upaya pencarian tak kenal lelah untuk belajar tanpa henti. Curiosità menduduki tempat pertama karena hasrat uintuk mengetahui, untuk belajar, dan untuk tumbuh merupakan pusat-tenaga pengetahuan, kebijaksanaan, dan penemuan. Inti dari curiosita adalah keinginan untuk terus belajar sesuatu yang baru. Ia mengamati alam, dan mempertanyakan mengapa suatu fenomena terjadi. Dalam proses belajar ini, Leonardo menyarankan seseorang untuk memperluas cakrawala pengetahuannya dengan mempelajari bidang lain, bidang yang bukan keahliannya.
- Dimostrazione : Niat teguh untuk menguji pengetahuan melalui pengalaman, ketekunan, dan kesediaan untuk belajar dari kesalahan. Membebaskan pikiran kita dari kebiasaan-kebiasaan dan praanggapan-praanggapan yang membatasi. Leonardo tidak begitu saja mempercayai ilmu pengetahuan, dogma atau teori-teori yang sudah mantap. Ia mengujinya lewat eksperimen dan mengalaminya sendiri (dimostrazione). Ketika mengalami kegagalan dalam eksperimen, dia terus berusaha, dan tidak putus asa.
- Sensazione : Penajaman indera secara terus-menerus, terutama penglihatan, sebagai sarana untuk menghidupkan pengalaman. Sensazione memusatkan perhatian untuk mempertajam panca indera secara sadar. Leonardo berpendapat bahwa mempertajam kesadaran pancaindera merupakan kunci menuju pengalaman yang memperkaya. Rahasia dari melakukan eksperimen adalah dengan mempertajam indera (senses). Bagi Leonardo penglihatan adalah indera yang paling penting, sehingga melukis merupakan disiplin yang dikuasainya. Pendengaran (telinga) menjadi indera penting kedua. “Musik adalah saudara kandung melukis,” katanya. Dengan dua indera ini, dia mempertajam indera yang lain.
- Sfumato (secara harafiah berarti “hilang tak berbekas” atau “menjadi tak pasti”) : Kesediaan untuk menerima ambiguitas, paradoks, dan ketidakpastian. Sfumato membimbing kita untuk menjadi akrab dengan yang tak dikenal, untuk lebih bersahabat dengan paradoks. Sfumato, secara literal bermakna “masuk ke dalam asap”, adalah kemauan untuk berkawan dengan ambiguitas (tidak jelas), paradoks (suatu yang berlawanan), ketidakpastian. Dalam hal ini, Leonardo menjadi menjadi lebih kr eatif karena berpikiran terbuka. Dalam proses pencarian ilmu pengetahuan, ia kerapkali berhadapan dengan sesuatu yang tak diketahui, bertolak belakang dan tak pasti.
- Arte/Scienza : Atau apa yang kini kita sebut sebagai berpikir secara menyeluruh. Pengembangan keseimbangan antara ilmu dan seni, logika dan imajinasi. Pemikiran “otak secara menyeluruh” (whole-brain thinking).Bagi Leonardo seni dan ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan. Ia berpikir logis dalam mempelajari mekanisme suatu benda, ia juga membuat sketsa yang indah untuk catatannya. Dia disebut sebagai whole-brain thinker, tidak berat sebelah ke penggunaan otak kanan atau kiri saja.
- Corporalita (keseimbangan tubuh dan pikiran) : Pemupukan keanggunan, keterampilan dua tangan, kebugaran, dan sikap tubuh yang benar. Corporalita bermakna pemupukan keseimbangan antara tubuh dan otak. Di samping memiliki kecerdasan yang tinggi dan berbakat seni, Leonardo juga diberi kekuatan fisik yang baik. Ia pandai berkuda, berenang dan bermain anggar. Ia menyebutkan dalam bukunya bahwa aretriosclerosis dapat mempercepat penuaan, dan ini karena kurangnya olahraga. Dia juga mempercayai bahwa diet adalah kunci dari kesehatan.
- Connessione : Pengakuan dan penghargaan terhadap keterkaitan semua hal dan fenomena. Pemikiran sistemik. Dan bila kita menghargai pola, relasi, koneksitas, dan sistem—jika kita berusaha memahami bagaimana impian, sasaran, nilai, dan hasrat-hasrat kita yang paling tinggi dapat diintegrasikan dalam kehidupan kita sehari-hari―kita sudah menerapkan prinsip Connessione. Connessione menyatukan segala sesuatunya bersama-sama. Connessione diartikan sebagai apresiasi terhadap hubungan antara benda dan fenomena, proses berpikir suatu sistem (systems thinking). Leonardo berusaha mempelajari bagaimana burung bisa terbang di udara dengan mengamati kegiatan berenang. Hal ini membangun kemampuannya dalam memperoleh kesimpulan dari hubungan antarsistem.
Cartoons by Fitz!
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home